Vaksinasi Covid-19: Asa Baru Pada Global Pendidikan
Pemerintah telah memulai vaksinasi COVID-19 dalam tanggal 13 Januari 2021 yg lalu. Program vaksinasi gratis ini bertujuan buat menaruh kekebalan komunitas atau herd immunity pada penduduk Indonesia.
Tahap pertama acara vaksinasi ini telah dilaksanakan buat energi kesehatan dan energi penunjangnya menjadi garda terdepan penanganan COVID-19.
Saat ini sudah dimulai tahap ke 2 yg ditujukan bagi lansia, tenaga pendidik (guru, dosen & tenaga penunjang pendidikan lainnya), pedagang pasar, wakil masyarakat, pejabat negara, pegawai pemerintah, petugas keamanan, pelayanan publik, petugas transportasi, atlet, wartawan, dan pekerja media dan sektor pariwisata. Tahap 1 dan 2 ini dibutuhkan akan terselesaikan pada bulan April 2021.
Program vaksinasi ini diperlukan akan mengurangi tingkat penularan, kesakitan dan kematian dampak COVID-19. Vaksin yg disuntikkan ke dalam tubuh ini mengakibatkan terbentuknya respons kekebalan pada tubuh, sebagai akibatnya tubuh insan tidak terinfeksi atau terjangkit penyakit yg disebabkan oleh virus. Penyuntikan vaksin akan dilaksanakan dua kali pada setiap orang dan selama masa itu protokol kesehatan harus permanen dijalankan.
Bahkan, pascavaksinasi, wargamasih harus tetap menjalankan protokol kesehatan lantaran respons tubuh terhadap vaksin bhineka dalam setiap orang. Dan sejauh ini belum diketahui secara persis berapa usang vaksin tersebut mampu melindungi.
Beberapa pakar memperkirakan COVID-19 akan berakhir dalam empat hingga sepuluh tahun mendatang berkaitan menggunakan cakupan vaksinasi pada seluruh global, walaupun World Health Organization (WHO) merasa optimis corona mampu saja berakhir di awal 2022. Tentunya dengan kondisi: berhasilnya acara vaksinasi serta tersedianya wahana medis yg memadai buat mengatasi keluarnya perkara corona baru pada suatu negara.
Program vaksinasi pemerintah ini menaruh harapan baru kepada rakyat untuk hidup berdampingan beserta COVID-19, khususnya dalam global pendidikan.
Sulit dibayangkan jika dunia pendidikan terus pada syarat misalnya ini sampai sepuluh tahun mendatang. Penerapan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sampai saat ini dirasa kurang efektif, tanpa disertai menggunakan kesiapan kurikulum, metode pembelajaran, & sarana telekomunikasi interaktif yang menunjang. Kesulitan sarana ini terutama terjadi pada pelosok-pelosok daerah menggunakan syarat geografis yang kurang mendukung. Ditambah lagi kemampuan ekonomi & pengetahuan wargayg terbatas untuk ketersediaan media internet dan sarana penunjangnya.
Sistem PJJ jua sulit diterapkan kepada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yg masih membutuhkan learning by doing, yaitu belajar menggunakan pengalaman sampai memahami & sanggup melakukan. Anak-anak usia dini ini pula sangat kinestetik sehingga sulit buat menciptakan mereka tetap fokus dalam waktu PJJ.
PJJ juga dirasa kurang efektif buat menaikkan skill siswa yg membutuhkan praktik menjadi penerapan dari teori yg sudah diberikan. Seperti praktik-praktik yg harus dilakukan pada laboratorium, atau kegiatan-kegiatan fisik dan pendidikan jasmani yang umumnya dilakukan pada lingkungan sekolah atau kampus.
PJJ juga sulit diterapkan buat membentuk attitude siswa, karena siswa tidak bisa dipantau guru atau dosen secara pribadi, sehingga sulit menerapkan & mengukur kedisiplinan anak didik dalam pembelajaran.
Sering kali kita mendengar keluhan menurut pengajar atau dosen yg mengajar di kelas online tanpa perhatian penuh siswanya. Ada saja anak didik sembunyi berdasarkan layar dan bersikap pasif dalam pembelajaran, sebagai akibatnya guru atau dosen seakan-akan mengajar di kelas kosong tanpa respons siswanya.
Keterlambatan anak didik masuk kelas online menggunakan berbagai alasan,termasuk kendala jaringan, pula acapkali menjadi kasus. Kesulitan lainnya dialami siswa yg memasuki kelas 7, kelas 10, atau yang mulai kuliah dalam tahun 2020 & 2021. Siswa angkatan ini akan lulus 3 atau empat tahun lagi tanpa mengenal sekolah atau kampusnya. Kondisi tidak ideal ini dikhawatirkan akan berdampak negatif pada perkembangan murid & kualitas lulusannya.
Pemerintah telah menargetkan pembelajaran tatap muka dalam bulan Juli 2021, seiring menggunakan terselesaikannya acara vaksinasi buat seluruh tenaga pendidik. Pelaksanaannya akan dilakukan secara sedikit demi sedikit dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Kemendikbud mewajibkan pihak sekolah menyiapkan standar operasional maupun fasilitas buat menjaga kesehatan lingkungan, dan bekerja sama menggunakan fasilitas kesehatan terdekat pada kondisi darurat. Sekolah jua wajibmelakukan penyuluhan kepada para anak didik buat meningkatkan pencerahan terhadap protokol kesehatan.
Masalahnya, sampai waktu ini pemerintah belum tetapkan acara vaksinasi buat anak-anak. Belum ada biardarurat penggunaan atau Emergency Use Authorization (EUA) buat vaksinasi dalam anak-anak usia 0-18 tahun, sehingga perlu ada uji klinis lebih lanjut untuk memastikan hadiah vaksin COVID-19 dalam usia & kriteria tersebut aman.
Hal ini tentunya sudah sebagai bahan pertimbangan pemerintah agar pembelajaran tatap muka dapat berjalan menggunakan kondusif. Lantaran pada akhirnya, hubungan tenaga pendidik & siswa niscaya akan terjadi, dan tidak mungkin hanya salahsatu pihak saja yg sudah diamankan dengan vaksin.
Tentunya kita semua berharap, acara vaksinasi pemerintah ini akan terus berlanjut. Walaupun kita akan terus mengikuti keadaan menggunakan norma baru dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat pada berbagai kegiatan.
Paling tidak dunia pendidikan secara sedikit demi sedikit dapat kembali normal, sebagai akibatnya pembelajaran bisa berjalan sebagaimana mestinya dan menghasilkan output yang berkualitas.